Ia, atau Rabi'ah ibn Amr Ash-Shabbah Haritsah ibn Tsa'labah ibn Amru' al-Qays ibn Mazin ibn al-Azd, adalah bapak suku Khuza'ah. Ia seorang kahin atau pendeta. Ibunya adalah Fihayrah, putri al-Harits, tetapi sumber lain menyatakan ia adalah putri al-Harits ibn Murad al-Jurhumi.
Amr mengikuti peramalnya yang bernama Abu Tsumamah untuk menemukan berhala-berhala zaman dahulu di pantai Juddah. Kemudian Amr menggali berhala-berhala keluar dari pasir, membawanya ke Tihamah, dan menegakkannya di sana. Saat masa haji tiba, ia mengundang semua bangsa Arab untuk menyembah berhala-berhala tersebut.
Awf ibn Udzrah ibn Zayd al-Lat ibn Rufaydah ibn Tsawr ibn Kalb ibn Wabarah ibn Taghlih ibn Hulwan ibn Imran ibn al-Haf ibn Qudha'ah menyambut panggilannya. Karenanya, Amr memberinya Wadd, yang dibawa Awf ke Wadi al-Qurra, dan ia menegakkannya di Daumatul Jandal, Al-Jawf, di Saudi Utara sekarang.
Keberhalaan Wadd menyebar ke selatan, yaitu Yaman. Ma'in sebuah kerajaan kuno di Arab Selatan, menjadikan Wadd ("cinta") sebagai Tuhan Nasional-nya. Sedang di tempat asalnya di Daumatul Jandal, Wadd adalah "dewa bulan".
Kerajaan Ma'in berjaya selama abad ke-4 sampai ke-2 SM di utara Yaman sekarang. Bangsa Ma'in adalah komunitas pedagang yang damai dan pemerintahnya menunjukkan pola-pola demokratis negara kota.
Ma'in jatuh dalam kekuasaan bangsa Saba' , yang terkenal dengan ratunya Bilqis.
Wadd adalah nama lain dari Ilumquh. Ada kebiasaan mengunjungi Ilumquh (haji) dengan ritus menyucikan diri (wudhu), qurban, dan kepatuhan atas pandangan tertentu. Mereka mencari bimbingan keramat dari tuhan ini, yang kemudian dituliskan dan disimpan di kuilnya untuk alasan keamanan.
Awf juga menamai anaknya "Abd Wadd", ia adalah yang pertama bernama demikian. Kemudian bangsa Arab menamai anak-anak mereka "Wadd". Awf menjadikan anaknya Amir, yang di panggil "Amir al-Ajdar", pemegang mandat pengelolaan Ka'bah. Keturunannya terus memegang posisi itu hingga datang-nya Islam.
Setelah berhala Wadd, al-Qur'an menyebutkan berhala Suwa'. Tidak jelas gambaran tentang Suwa', namun diketahui bahwa suku Hudzail mengadopsi Suwa' menjadi tuhannya dan menempatkannya di Ruhat di daerah Yanbu, salah satu desa di Madinah. Pemegang mandat pengelolaan kuilnya adalah Bani Lihyan. Hanya anehnya, berhala ini tidak pernah disebut dalam puisi-puisi suku Hudzail, tetapi justru pernah muncul dari puisi salah satu penyair Yaman.
Kau lihat
mereka berkerumun di sekitar rajanya
sebagaimana suku Hudzail
mengelilingi Suwa'nya
dan mengisi istananya dengan qurban
yang diambil dari gembalaan terpilih
Suku Madzhij juga menyambut panggilan Amr ibn Luhayy. Karenanya, ia memberikan berhala Yaghuts kepada An'am ibn Amr al-Muradi, kepala suku, untuk menjaganya. Yaghuts ditempatkan di sebuah bukit di Yaman yang bernama Madzhij, ia disembah oleh suku Madzhij dan suku-suku di sekitarnya.
Seorang penyair, An-Nabighah Adz-Dzubyani, penyembah Yaghuts, bersyair:
Semoga Wadd memelihara
dan memberkatimu
sebab bagi kami
dilarang bersama wanita
beroman dan bermesra
Demikian keimanan kami
telah menegaskan
Suku Madhzij menganggap berhala Wadd sebagai feminim. Penyair lain bersyair:
Yaghuts membimbing kami
menuju Murad
Dan kami taklukan mereka
sebelum pagi
Suku Hamadan juga menyambut panggilan Amr, dan ia berikan berhala Ya'uq kepada Malik ibn Martsad ibn Jusyam ibn Rasyid ibn Jusyam ibn Khayran ibn Nawf ibn Hamdin, kepala suku. Ia ditempatkan di suatu pemukiman yang bernama Khaywan, berjarak dua malam berjalan kaki menuju Makkah. Ia disembah oleh suku Khaywin (Hamdan) dan suku-suku Yaman sekitarnya.
Berhala ini tidak menjadi nama kebanggaan suku penyembahnya, jadi tidak ada anak Hamdan atau suku Arab lainnya yang diberi nama Abdul Ya'uq. Nama Ya'uq juga tidak disebut-sebut dalam puisi mereka. Ini mungkin karena tempat mereka berdekatan dengan Shan'a, ibu kota Yaman. Akibatnya mereka berbaur dengan suku Himyar dan memeluk agama Yahudi. Saat itu Dzu Nawas Yusuf As'ar Yats'ar, raja Himyar Yaman, pada 523 M, membantai kaum-kaum Nashrani di Najran, perbatasan utara Yaman. Kaum Nashrani itu beranggapan, Isa Alaihissalam adalah Tuhan, meski mengambil wujud manusia.
Pembantaian ini membuat Negus di Ethiopia menyerbu Yaman. Ia mengalahkan dan membunuh Dzu-Nawas dan menunjuk seorang Nasrani sejak lahir, Abrahah, mantan jendral Ethiopia, menjadi gubernur Yaman. Abrahah termasyhur dalam sejarah Islam sebagai penyerang Ka'bah, yang kemudian ia dan pasukannya dihancurkan sepasukan burung [QS. al-Fiil (105): 1-5].
Suku Himyar juga menyambut panggilan Amr. Maka ia mengirimkan berhala Nasr kepada seorang lelaki dari Dzu-Ru'ayn bernama Ma'di-karib. Ma'di-karib mendirikannya di sebuah tempat di negeri Saba' bernama Balkha'. Berhala ini di sembah suku Himyar dan suku-suku sekitarnya. Mereka terus menyembahnya sampai Dzu-Nawas dari bangsa Tubba' menjadikan mereka Yahudi.
Semua berhala ini terus disembah sampai Allah mengutus Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, yang memerintahkan agar berhala tersebut dihancurkan.
Hisyam ibn al-Kalbi (w. 406 H/661 M), dalam kitabnya Kitab al-Ashnam (Kitab Berhala), setelah rangkaian sejumlah rawi, menyebutkan, adalah Amr ibn Luhayy yang pertama menganjurkan Bahiirah, Saa'ibah, Washiilah, Haam, mengubah agama Ismail, dan mengundang bangsa Arab untuk menyembah berhala-berhala itu.
Inilah yang disebutkan di dalam al-Qur'an, "Allah sekali-kali tidak pernah mensyari'atkan adanya Bahiirah, Saa'ibah, Washiilah, dan Haam. Akan tetapi orang-orang kafir membuat-buat kedustaan terhadap Allah, dan kebanyakan mereka tidak mengerti." [QS. al-Maidah (5): 103].
Bahiirah, adalah unta yang telah beranak lima kali dan anak yang kelima itu jantan, lalu unta betina itu dibelah telinganya, dilepaskan, tidak boleh ditunggangi lagi dan tidak boleh diambil air susunya.
Saiibah, adalah unta betina yang dibiarkan pergi ke mana saja lantaran sesuatu nadzar. Seperti, jika seorang Arab Jahiliyah akan melakukan sesuatu atau perjalanan yang berat, ia biasa bernadzar akan menjadikan untanya Saiibah bila maksud atau perjalanannya berhasil dan selamat.
Washiilah, adalah seekor domba betina yang melahirkan anak kembar jantan dan betina. Yang jantan di sebut Washiilah, tidak disembelih dan diserahkan kepada berhala.
Haam, adalah unta jantan yang tidak boleh diganggu gugat lagi, karena telah dapat membuntingkan unta betina sepuluh kali.
Perlakuan terhadap Bahiirah, Saiibah, Washiilah, dan Haam ini adalah kepercayaan Arab Jahiliyyah.
---ooo---
Tidak ada komentar:
Posting Komentar