Selasa, 01 April 2014

Ketentuan Batasan Hibah Menurut Islam


Landasan hukum





1. Surat Al-Baqarah:195


"Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik. "


Maka untuk itulah, dengan ayat tersebut Allah memerintahkan kita untuk berbuat sunnah dalam arti berbuat kebaikan yaitu berinfak, seperti: sodaqoh, wakaf, hibah, dan lain-lain



2. Surat Ali-Imran:92
"Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya"

 
Hibah adalah pemberian ketika yang punya harta masih hidup, sedangkan warisan diberikan ketika yang punya harta telah meninggal dunia. Walaupun saat pemberiannya berbeda namun keduanya memiliki hubungan yang sangat erat, terutama hibah itu diberikan kepada anak atau ahli waris karena akan menentukan terhadap bagian warisan apabila hibah tersebut tidak ada persetujuan ahli waris atau setidak-tidaknya ada ahli waris yang keberatan dengan adanya hibah tersebut, oleh karenanya sering terjadi sengketa antara ahli waris. Sedangakan hibah yang di berikan kepada non ahli waris, meskipun dalam kitab-kitab fiqh tak ada batasan berapapun jumlahnya namun tak menutup kemungkinan seseorang akan menghibahkan seluruh hartanya, yang nantinya akan berakibat membahayakan ahli waris.


Untuk itu, Berkaitan dengan masalah di atas pasal 210 KHI telah memberikan solusi, 



3. KHI PASAL 210 yang berbunyi:


"Orang yang telah berumur sekurang-kurangnya 21 tahun berakal sehat tanpa adanya paksaan dapat menghibahkan sebanyak-banyaknya 1/3 harta bendanya kepada orang lain atau lembaga di hadapan dua orang saksi untuk dimiliki"


Menurut Muhammad Daud Ali dalam bukunya Sistem Ekonomi Islam, Zakat dan Wakaf, beliau mencantumkan syarat-syarat hibah, yang salah satunya adalah: pada dasrnya, hibah adalah pemberian yang tidak ada kaitannya dengan kewarisan kecuali kalau ternyata bahwa hibah itu, akan mempengaruhi kepentingan dan hak-hak ahli waris. Dalam hal demikian, perlu ada batas maksimal hibah, tidak melebihi sepertiga harta seseorang, selaras dengan batas wasiyat yang tidak melebihi sepertiga harta peninggalan.



4. Hadis Nabi:


حَدَّثَنَا الْحُمَيْدِيُّ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ حَدَّثَنَا الزُّهْرِيُّ قَالَ أَخْبَرَنِي عَامِرُ بْنُ سَعْدِ بْنِ أَبِي وَقَّاصٍ عَنْ أَبِيهِ قَالَ مَرِضْتُ بِمَكَّةَ مَرَضًا فَأَشْفَيْتُ مِنْهُ عَلَى الْمَوْتِ فَأَتَانِي النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعُودُنِي فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ لِي مَالًا كَثِيرًا وَلَيْسَ يَرِثُنِي إِلَّا ابْنَتِي أَفَأَتَصَدَّقُ بِثُلُثَيْ مَالِي قَالَ لَا قَالَ قُلْتُ فَالشَّطْرُ قَالَ لَا قُلْتُ الثُّلُثُ قَالَ الثُّلُثُ كَبِيرٌ إِنَّكَ إِنْ تَرَكْتَ وَلَدَكَ أَغْنِيَاءَ خَيْرٌ مِنْ أَنْ تَتْرُكَهُمْ عَالَةً يَتَكَفَّفُونَ النَّاسَ وَإِنَّكَ لَنْ تُنْفِقَ نَفَقَةً إِلَّا أُجِرْتَ عَلَيْهَا حَتَّى اللُّقْمَةَ تَرْفَعُهَا إِلَى فِي امْرَأَتِكَ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ آأُخَلَّفُ عَنْ هِجْرَتِي فَقَالَ لَنْ تُخَلَّفَ بَعْدِي فَتَعْمَلَ عَمَلًا تُرِيدُ بِهِ وَجْهَ اللَّهِ إِلَّا ازْدَدْتَ بِهِ رِفْعَةً وَدَرَجَةً وَلَعَلَّ أَنْ تُخَلَّفَ بَعْدِي حَتَّى يَنْتَفِعَ بِكَ أَقْوَامٌ وَيُضَرَّ بِكَ آخَرُونَ لَكِنْ الْبَائِسُ سَعْدُ بْنُ خَوْلَةَ يَرْثِي لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ مَاتَ بِمَكَّةَ قَالَ سُفْيَانُ وَسَعْدُ بْنُ خَوْلَةَ رَجُلٌ مِنْ بَنِي عَامِرِ بْنِ لُؤَيٍّ


Artinya: diriwayatkandari Sa'ad bin Abi Waqosh ra: pada tahun Haji Penghabisan (wada’)Nabi Muhammad SAW mengunjungiku seraya mendoakan kesehatanku. Aku berkata kepada nabi Muhammad SAW, "aku lemah karena sakitku yang parah padahal aku kaya dan aku tidak punya ahli wariskecuali seorang anak perempuan. Haruskah aku menyedekahkan 2/3 kekayaanku? Nabi Muhammad SAW bersabda, "tidak" kemudian Nabi Muhammad SAW bersabda bahkan 1/3 telah cukup banyak. Lebih baik kamu meninggalkan ahli warismu dalam keadaan berkecukupan daripada meninggalkan merekadalam keadaan miskin, mengemis kepada orang lain. Kau akan memperoleh pahala dari sedekah yang dikeluarkan dengan niat karena Allah, bahkan untuk yang kau suapkan dalam mulut isterimu". Aku berkata,"ya rasulullah, apakah aku akan sendirian ketika para sahabatku pergi?". Nabi Muhammad SAW bersabda, "jika kamu ditinggalkan, apapun yang kau kerjakan akan mengangkat mu ke tempat yang tinggi. Dan mungkin saja kau akan berumur panjang hingga(datang suatu saat ketika) sebagian orang mengambil keuntungan darimu, dan sebagian yang lain mengambil kemudharatan darimu." Ya Allah, lengkapkan hijrah sahabatku dan jangan biarkan mereka berpaling ". Dan rasullah SAW merasa sedih dengan meninggalnya Sa'ad bin khaulah yang miskin di Makkah. (sedangkan sepeninggal nabi Muhammad SAW, Sa'ad bin Abi Waqash hidup dengan umur yang panjang).{HR.Bukhari} 

Dimana hadist tersebut seolah menggambarkan bahwa bersedekah yang lebih dari sepertiga merupakan tindakan yang berakibat merusak esensi dan kepentingan dari ahli waris


PENDAPAT PARA ULAMA' MENGENAI HIBAH YANG LEBIH DARI SEPERTIGA


1. Sayyid Sabiq mengemukakan bahwa para ahli hukum Islam sepakat pendapatnya, bahwa seseorang dapat menghibahkan semua hartanya kepada orang yang bukan ahli waris. 


2. Tetapi Imam Muhammad Ibnul Hasan dan sebagian pentahkiik mahdzab Hanafi mengemukakan bahwa tidak sah menghibahkan semua harta, meskipun untuk keperluan kebaikan. Mereka menganggap orang yang bebuat demikian itu sebagai orang dungu yang wajib dibatasi tindakannya. Dalam hal ini dapat di bedakan dalam 2 hal yaitu:


1) jika hibah itu diberikan kepada orang lain (selain ahli waris) atau suatu badan hukum mayoritas pakar hukum islam sepakat tidak ada batasnya, tetapi 
2) jika hibah itu diberikan kepada anak-anak pemberi hibah, menurut Imam Malik dan Ahlul Zahir tidak memperbolehkannya, sedangkan fuqaha' amsar menyatakan makruh.


Sehubungan dengan tindakan rasulullah SAW. Terhadap kasus Nu'man Ibnu Basyir menunjukkan bahwa hibah orang tua terhadap anaknya haruslah disamakan bahkan banyak hadist lain yang redaksinya berbeda menjelaskan ketidakbolehan membedakan pemberian orang tua kepada anaknya secara berbeda, yang satu lebih banyak dari yang lain


3. Menurut pendapat Imam Ahmad Ishaq, Tsauri, dan beberapa pakar hukum islam yang lain bahwa hibah batal apabila melebihkan satu dengan yang lain, tidak diperkenankan menghibahkan hartanya kepada salah seorang anaknya, haruslah bersikap adill diantara anak-anaknya. Kalau sudah terlanjur dilakukan maka harus dicabut kembali. 


Yang masih diperselisihkan para ahli hukum islam adalah tentang bagaimana cara penyamaan sikap dan perlakuan anak-anak itu? Ada yang berpendapat bahwa pemberian itu adalah sama diantara anak laki-laki dan anak perempuan, ada pula yang berpendapat bahwa penyamaan antara anak laki-lakiitu dengan cara menetapkan bagian untuk seorang anak laiki-laki sama dengan bagian dua anak perempuan, sesuai dengan pembagian waris. Menurut sebagian ahli hukum islam , sesungguhnya penyamaan itu bukan hal yang wajib dilaksanakan, tetapi sunnah saja. Mereka menyatakan bahwa hadist yang menyatakan menyamakan anak-anaknya dalam pemberian hibah adalah lemah, demikian juga hadist yang menyatakan bahwa pemberian semua harta yang berbentuk hibah kepada anak-anaknya yang nakal. Pendapat yang mewajibkan menyamakan pemberian semua harta berupa hibah kepada anak-anaknya adalah pendapat yang kuat. Oleh karena itu, jika dalam hal pemberian hibah itu tidak sesuai dengan ketentuan ini, maka hibahnya adalah batal


Prinsip pelaksanaan hibah orang tua terhadap anaknya haruslah sesuai petunjuk Rasulullah SAW. Dalam berberapa hadist dikemukakan bahwa bagian mereka supaya disamakan dan tidak dibenarkan memberi semua harta kepada salah seorang anaknya. Jika hibah yang diberikan orang tua kepada anaknya melebihi dari ketentuan bagian waris, maka hibah tersebut dapat diperhitungkan sebagai warisan. Sikap seperti ini menurut kompilasi didasarkan pada kebiasaan yang dianggap positif oleh masyarakat. Karena bukan suatu hal yang aneh apabila bagian waris yang dilakuka tidak adil akan menimbulkan penderitaan bagi pihak tertentu, lebih-lebih kalau penyelesaiannya sampai ke pengadilan agama tentu akan terjadi perpecahan keluarga. Sehubungan dengan hal ini Umar Ibnul Khttab pernah mengemukakan bahwa kembalikan putusan itu diantara sanak keluarga, sehingga mereka membuat perdamaian karena sesungguhnya putusan pengadilan itu sangat menyakitkan hati dan menimbulkan penderitaan


4. Ulama Malikyah menetapkan dalam syarat orang yang yang menghibahkan adalah Ahlan li tabarru’ yaitu orang yang berhak berderma dan bersedekah. Yang dimaksud dengan ahli tabarru’ adalah diantaranya adalah :


a) bukan seorang isteri. Jika harta yang dihibahkan melebihi dari sepertiga harta, karena ketika seorang isteri ketika menghibahkan harta melebihi sepertiga hartaharus mendapat izin dari suaminya
b) bukan orang yang sakit, yang sudah mendekati kematian. Syarat ini berlaku jika harta yang dihibahkan melebihi dari sepertga. Jika menghibahkan lebih dari sepertga maka harus mendapatkan persetujuan ahli waris

Sabtu, 21 September 2013

Bid’ah, Senjata Pamungkas Kaum Fundamentalis

Oleh: Gus Mied Baidlowi
(Mahasiswa Fak. Hadits Ushuluddin Al-Azhar Cairo Mesir).


Dunia fana yang semakin tua umurnya, semakin terasa tua pula untuk dapat merasakan nilai-nilai cinta kasihnya. Sebagaimana cinta kasih yang pernah tertuang di masa baginda rasulullah yang mulia, yang senantiasa terabadikan dalam sejarah Islam seantero dunia. Itu semua disebabkan karena munculnya kelompok orang yang notabenenya mengaku sebagai pengikut rasulullah, tapi pada hakikatnya justru mereka sendiri yang jauh dan menyimpang dari akhlak mulia nabi dan nilai-nilai yang diajarkannya. Kanjeng rasul dalam setiap dakwahnya selalu mengedepankan sikap rahmah dan cinta kasih terhadap setiap manusia, baik dari kaum muslim maupun non muslim, sehingga Islam dengan pesat menyebar dipelbagai pelosok negeri saat itu, bahkan orang-orang yang pada awalnya menentang keras Islam tapi dengan sebab akhlak mulia sang baginda, mereka berbondong-bondong masuk Islam dengan rasa bangga. Berbeda dengan kelompok fundamentalis yang dalam setiap dakwahnya jauh dari mencerminkan akhlak baginda nabi, bahkan malah menjauhkan kaum muslimin dari ajaran Islam yang sebenarnya, bahkan tak heran mereka menyesat-sesatkan sesama kaum muslimin. Padahal untuk berdakwah mengislamkan satu orang kafir saja amat sangat susah, tapi dengan mudahnya mereka malah mengafir-kafirkan orang Islam yang tak bersalah. Apa kata dunia?

Sedih dan pilu rasanya, ketika melihat sekelompok golongan manusia yang dengan lantang berkata: “Kamilah sang pengamal al-Qur’an dan as-Sunnah”. Tapi pada kenyataannya merekalah yang menodai al-Qur’an dan as-Sunnah, membuat luka dan catatatan merah di hati orang-orang Islam yang lemah. Senjata pamungkas yang selalu di gembor-gemborkan ketika melihat perbedaan orang lain yang tidak sepaham, serta merta dari mulut mereka bak menghunuskan pedang yang sangat tajam yang akan melukai orang di sekelilingnya, dengan lantang mereka berkata: “Itu adalah perbuatan bid’ah, yang tidak ada asal-muasalnya”. Tak heran jika orang-orang Islam yang lemah imannya, takut dan tanpa berpikir panjang ikut mereka, karena mereka bak tuhan yang mengetahui segalanya, sang pemilik surga dan neraka, sehingga dengan seenaknya menghukumi orang lain sebagai pelaku bid’ah, bahkan syirik dan kafir. Namun lucunya ketika ditanya apa definisi dari bid’ah, syirik dan kafir? Mereka sendiri tidak benar-benar paham apa definisi, maksud dan tujuannya. So, sangat memalukan….!!!

Bid’ah dan Macam-Macamnya Menurut Kaum Fundamentalis

Sering kali kita mendengar para khatib masjid saat berkhutbah, dengan lantangnya mereka membacakan sebuah perkataan yang notabenenya terkenal dengan hadits rasulullah:

Iyyakum muhdatsatil umur, fa inna kulla muhdatsatil umur bid’atun, wa kullu bid’atin dlolalatun, wa kullu dlolalatin fi al-nar.
Yang artinya: “Jauhilah kamu sekalian perkara-perkara yang baru, karena sesungguhnya perkara-perkara baru itu adalah bid’ah, dan setiap bid’ah adalah sesat, dan setiap kesesatan maka tempatnya adalah neraka”.

Di dalam hadits tersebut disebutkan semua yang baru adalah bid’ah, dan setiap yang bid’ah adalah sesat dan semua yang sesat maka tempatnya adalah neraka. Tapi pada prakteknya berbeda, mereka sendiri membagi bid’ah menjadi dua:
a. Bid’ah di dalam ibadah atau sering disebut dengan bid’ah secara syar’i (syari’at)
b. Bid’ah di luar ibadah (adat) atau sering di sebut bid’ah secara lughawi (bahasa).

Nah, dari sini muncul pertanyaan, kenapa mereka membagi bid’ah menjadi dua?
Padahal hadits di atas menyebutkan secara keseluruhan, tanpa membaginya. Bahkan penulis adalah seorang mahasiswa jurusan hadits, dan telah mencari referensi buku-buku literatur hadits, namun tidak ada satupun hadits yang menjelaskan tentang pembagian bid’ah menurut versi mereka. Menurut penulis pembagian seperti itu adalah rekayasa mereka saja, supaya dengan mudah bisa menghukumi orang lain yang berbeda pendapat dan tidak sepaham dengan mereka sebagai pelaku bid’ah yang sesat, sedangkan bid’ah-bid’ah yang mereka lakukan adalah tidak termasuk dari bid’ah yang sesat.

Setelah mereka membagi bid’ah menjadi dua, selanjutnya mereka menghukuminya. Bagi mereka bid’ah di luar ibadah (adat) atau yang sering di sebut bid’ah secara lughawi hukumnya boleh, sedangkan bid’ah di dalam ibadah atau yang sering di sebut bid’ah secara syar’i hukumnya haram.

Pernah suatu ketika teman penulis di bilang bid’ah gara-gara dia berdzikir dan membaca shalawat menggunakan tasbih. Karena bagi mereka tasbih adalah bid’ah, hal baru yang tidak ada di zaman rasulullah. Kalau mereka dengan mudahnya mengklaim tasbih itu sebagai sebuah bid’ah yang sesat, penulis ingin mengajak para pembaca untuk melihat masjid-masjid yang mereka gunakan untuk ibadah sholat setiap harinya. Ternyata masjid-masjid mereka sendiri telah tercampur oleh bid’ah-bid’ah dan hal-hal baru yang tidak ada di zaman rasulullah.

Beberapa contoh dari hal-hal baru itu, adalah;
a. Di zaman rasulullah, tempat pengimaman itu lurus tidak dibuat cekungan di depannya sama sekali, dan hal ini yang membuat bid’ah pertama kali adalah sayidina Umar bin Khattab ra, dengan tujuan agar suara seorang imam akan lebih keras terdengar oleh makmum saat sholat, karena suaranya akan memantul ke belakang..
b. Sebuah mimbar tinggi dan bertingkat yang di gunakan untuk berkhutbah, itupun dizaman rasulullah tidak ada, dan yang membuatnya pertama kali adalah sayidina Abu Bakar ra.
c. Bid’ah yang dilakukan oleh Sayyidina Umar ibn Khattab ketika mengumpulkan semua umat Islam untuk mendirikan shalat tarawih berjamaah. Tatkala Sayyidina Umar melihat orang-orang itu berkumpul untuk shalat tarawih berjamaah, dia berkata: “Sebaik-baik bid’ah adalah ini”.
d. Kitab suci al-Quran dizaman rasulullah tidak boleh di bukukan, tetapi apa yang terjadi ketika zaman sayidina Utsman bin ‘Affan? Al-Quran telah dibukukan dengan rapi bahkan ditulis lagi dan diperbanyak, untuk tujuan apa al-Qur’an di bukukan kalau tidak untuk mempermudah beribadah dengan membaca kalam suci Ilahi setiap harinya.
e. Sayyidina Utsman ibn Affan menambah adzan untuk hari Jumat menjadi dua kali. Imam Bukhari meriwatkan kisah tersebut dalam kitab Shahih-nya bahwa penambahan adzan tersebut karena umat Islam semakin banyak. Selain itu, Sayyidina Utsman juga memerintahkan untuk mengumandangkan iqamat di atas az-Zawra’, yaitu sebuah bangunan yang berada di pasar Madinah.
f. Kemudian setelah zaman semakin modern terciptalah microphone, sebuat alat pengeras suara yang di gunakan oleh para imam sholat di masjid-masjid dan tidak terkecuali juga masjid al-Haram dan masjid al-Nabawi, padahal ini adalah produk baru yang sama sekali tidak ada dizaman rasulullah.
g. “Doa adalah inti ibadah” sabda kanjeng rasul. Dan dizaman sekarang banyak orang yang berdo’a dengan menggunakan bahasanya sendiri-sendiri (non bahasa Arab). Lantas apakah ibadah do’a karangan sendiri dengan menggunakan bahasa selain Arab termasuk bid’ah yang sesat yang akan mengakibatkan sang pelakunya masuk neraka? Sungguh, kata bid’ah bak momok yang menyeramkan lebih seram dari sekedar hantu pocong ataupun kuntilanak gentayangan.

Dari contoh-contoh sederhana di atas, cukup sudah untuk mengoreksi kembali pemahaman dangkal tentang bid’ah. Kalau mereka konsisten memegang teguh pendirian dan pemahaman mereka, maka seharusnya contoh hal-hal baru yang telah penulis sebutkan seharusnya tidak mereka gunakan, karena mengingat itu semua adalah bid’ah dalam beribadah (syar’i) yang tidak pernah dilakukan oleh rasulullah. Tapi, pada kenyataannya mereka bak telah memakan air ludahnya sendiri, membid’ah-bid’ahkan dan menyesat-sesatkan orang lain tapi memperbolehkan untuk golongannya sendiri.

Bid’ah Hasanah dan Bid’ah Sayyiah

Bagi penulis makna bid’ah bukan seperti yang mereka ungkapkan. Sebab Allah telah menciptakan manusia dengan berbeda-beda karakter dan sifatnya. Allah tidak menciptakan manusia berhati baik semua, ataupun berhati busuk semua. Melainkan ada manusia yang berhati baik dan ada pula yang berhati busuk. Dari orang yang berhati baik akan muncul bid’ah dan pembaharuan-pembaharuan yang baik. Dan dari orang-orang yang berhati busuk maka akan lahirlah bid’ah dan pembaharuan-pembaharuan yang buruk pula.
Sebagai contohnya adalah buah Anggur. Darinya akan bisa muncul dua macam bentuk bid’ah; baik (hasanah) dan buruk (sayyiah). Pada asalnya buah Anggur hukumnya adalah halal, tetapi apabila dibuat bid’ah (hal yang baru) dengan cara dipendam dalam waktu tertentu maka berubah menjadi khamr (minuman keras), sedangkan apabila buah Anggur itu di keringkan dengan cara dijemur dalam waktu tertentu maka akan berubah menjadi Kismis yang dalam bahasa arab dinamakan Zabib. Kedua bid’ah itu ketika ditimbang dengan dasar hukum agama Islam (al-Qur’an dan as-Sunnah), maka mempunyai hukum yang berbeda walaupun sama-sama bid’ah. Khamr (minuman keras) merupakan contoh bid’ah sayyiah yang hukumnya sudah jelas haram untuk diminum. Sedangkan Kismis adalah contoh bid’ah hasanah yang sama sekali tidak di haramkan oleh syari’at Islam, maka hukumnya halal untuk dimakan.
Sehingga rasulullah bersabda:

Man sanna fil Islami sunnatan hasanatan, falahu ajruha wa ajru man ‘amila biha, wa man sanna fil Islami sunnatan sayyiatan, fa ‘alaihi wizruha wa wizru man ‘amila biha ila yaumil qiyamah duna an yanqusho min auzarihim syai’.
Yang artinya: “Barang siapa membuat sunnah (tradisi baru) yang baik didalam Islam, maka baginya pahala dan pahala orang yang mengamalkannya, dan barang siapa yang membuat sunnah ( tradisi baru) yang jelek, maka baginya dosa dan dosa orang yang mengerjakannya sampai hari kiamat nanti tanpa berkurang sedikitpun dari dosa-dosa mereka”.

Dari sebuah bid’ah hasanahlah kemudian setelah berjalannya waktu yang cukup panjang maka istilah bid’ah berubah menjadi sebuah sunnah hasanah yang patut untuk tetap dilestarikan, dan dari bid’ah sayyiahlah asal-muasal sunnah sayyiah yang sesat dan menyesatkan. Jadi, tidak semua yang berbau baru dan modern itu adalah bid’ah yang sesat dan tidak ada sumbernya dalam dasar hukum Islam.
Sejak awal rasul sudah memberikan sebuah kaedah, yang berbunyi:

Man ahdatsa fi amrina hadza ma laisa minhu fahuwa roddun
Yang artinya :” Barang siapa membuat hal baru dalam perkara kami ini (Qur’an dan Hadits), yang bukan termasuk darinya maka tertolak”.

Hadits di atas ini sangat benar dan sesuai dengan apa yang telah di lakukan oleh para sahabat dan ulama’ salafus sholih. Akan tetapi yang terjadi adalah “nashshun shohihun wa fahmuhu khoti’un li nashshin shohihin”. Hadits di atas sering dipahami keliru oleh mereka kaum foundamentalis yang selalu bersifat tekstual tanpa melihat tanda-tanda dan makna yang tersirat di dalamnya. Sebab hadits di atas kalo kita teliti dengan jeli maka akan mengungkapkan hukum bid’ah dengan muhkam dan jelas. Tanda-tanda yang perlu dicermati adalah perbedaan makna lafadz fi dalam kalimah “fi amrina dan lafadz“min” dalam kalimat “minhu”. “Fi” dalam kalimat “fi amrinaadalah bentuk pembaharuan yang sama sekali tidak bersumber dari nilai-nilai yang telah di perintahkan oleh dasar hukum Islam, sedangkan “min” dalam kalimat "minhu" adalah bentuk pembaharuan yang berasal dari nilai-nilai yang telah diperintahkan oleh dasar hukum Islam. Sehingga hadits di atas mempunyai mafhum mukhalafah atau makna tersirat sebagai berikut :

Man ahdatsa fi amrina hadza ma huwa minhu fa laisa roddan yakni maqbulan
Yang artinya :”Barang siapa membuat hal baru di dalam perkara kami ini (Qur’an dan Hadits) yang bersumber darinya maka itu tidak tertolak alias diterima”.

Berangkat dari pemahaman cermat dan tepat dari hadits di atas, para sahabat dan ulama salafus shaleh membuat pembaharuan di dalam Islam, sebagaimana sayidina Umar bin khattab mengusulkan pembukuan al-Quran, dan al-Imam syafi’i merumuskan ilmu-ilmu baru dalam khazanah ke-Islam-an seperti ilmu Ushul Fiqih, Ilmu Fiqih, Ilmu Tafsir, Ilmu Hadits dan lain sebagainya. Sehingga beliau al-Imam al-Syafi’i dengan tegas membagi bid’ah menjadi dua; hasanah dan sayyiah. Bid’ah hasanah adalah sebuah pembaharuan yang tidak menyimpang dari dasar hukum Islam (Qur’an dan Sunnah), sedangkan bid’ah sayyiah adalah pembaharuan yang menyimpang dan melanggar ketentuan Qur’an dan Sunnah.

Mereka para sahabat dan para ulama’ sekaliber para imam madzhab, adalah orang-orang yang telah memahami al-Qur’an dan as-Sunnah dengan benar. Hanya para ulama’ gadungan yang sok pintarlah, yang dengan mudah membid’ah-bidahkan bahkan menyesat-seesatkan orang lain padahal pada hakikatnya mereka sendirilah yang sesat dan menyesatkan, karena tipu daya syetan yang membuat diri mereka sombong dan karena sebab kejahilan mereka merasa dirinya paling benar.

Sebenarnya Allah telah menjelaskan itu semua di dalam al-Quran, sebagaimana firman-Nya dalam surat an-Nisa’ ayat 83:
Law rodduhu ilar rasuli wa ila ulil amri minhum, la’alimahulladzina yastanbithunahu minhum.
Yang artinya: “Jikalau mereka mengembalikannya (segala permasalahan) kepada rasulullah dan ulil amri di antara mereka, maka tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya, akan dapat mengetahuinya (beristinbat) dari mereka (rasul dan ulil amri).

Istilah “ulil amri”, tidak selalu bermakna seorang penguasa atau pemerintah, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni setiap orang yang menguasai suatu permasalah atau suatu urusan, maka dia termasuk dari ulil amri. Dalam hal ini mereka para sahabat dan ulama’ sejati seperti imam-imam madzhab termasuk dari ulil amri.dalam urusan menggali dasar hukum agama Islam (Qur’an dan Hadits) dan menerapkannya sesuai dengan maslahat dan perkembangan zaman. Sehingga mereka tidak serta merta menghukumi segala sesuatu dengan seenak perutnya sendiri sebagaimana peringatan Allah dalam surat an-Nahl ayat 116:

Wa laa taqulu lima tasifu alsinatukumul kadziba hadza halalun wa hadza haramun litaftaru ‘alallahil kadziba, innalladzina yaftaruna ‘alallahil kadziba la yuflihun.
Yang artinya: “ Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang di sebut-sebut oleh lidahmu secara dusta; “ini halal, dan ini haram”, untuk membuat kebohongan publik kepada Allah. Sesungguhnya orang yang membuat kebohongan terhadap Allah tidak akan beruntung”.

Jika mereka orang-orang fundamentalis (kelompok Wahhabi dan konco-konconya) bersikukuh berpendapat bahwa semua bid’ah adalah sayyiah dan sesat, maka mereka bak layaknya menghukumi sesat para sahabat dan para ulama’ salafus shalih. Bagi penulis lebih baik mengikuti bid’ah-bid’ahnya para sahabat nabi dan ulama’ salafus shalih, dari pada harus mengikuti pemikiran dan bid’ah-bid’ah sesat kelompok wahhabi dan antek-anteknya. Penulis dan orang-orang yang melestarikan bid’ah-bid’ah hasanah para sahabat dan ulama’ salafus shalih rela dengan sepenuh hati jika harus masuk neraka bersama para sahabat dan para ulama’ sejati yang selalu dalam naungan ridlo dan inayah Allah. Dan bagi kalian kaum fundamentalis silahkan masuk ke dalam surga yang telah kalian iklankan setiap harinya bersama teman-teman kalian. Bagi kami inilah jalan kami, dan bagi kalian itulah jalan kalian….!!!!

Walaa haula walaa quwwata illa billah.

Jumat, 16 Agustus 2013

Wahhabi dan Hadits Tentang Dajjal Tidak Akan Bisa Masuk Kota Makkah – Madinah

Hadits Tentang Dajjal Tidak Akan Bisa Masuk Kota Makkah – Madinah Bukan Bukti Wahabi Selamat Dari Dajjal


Menurut Nabi Muhammad, Dajjal tidak bisa masuk kota Makkah – Madianah, mana mungkin kaum Wahabi Jadi Pengikut Dajjal?” Begitulah seringkali kaum Wahabi membela diri ketika dikasih tahu mereka kelak akan jadi pengikut Dajjal. Mereka berpegangan dengan hadits Nabi saw yang menerangkan bahwa Dajjal kelak tidak akan bisa masuk kota Makkah dan Madinah. Kedua kota suci Umat Islam ini sekarang sedang dikuasai oleh kaum Wahabi dan menjadi pusat penyebaran ajaran Wahabi ke seluruh dunia yang berkolaborasi dengan kerajaan Saudi Arabia.
Mari kita simak hadits yang diriwayatkan dari Anas r.a., katanya: “Rasulullah s.a.w. bersabda: “Tiada suatu negeri pun melainkan akan diinjak oleh Dajjal, kecuali hanya Makkah dan Madinahyang tidak. Tiada suatu lorong pun dari lorong-lorong Makkah dan Madinah itu, melainkan di situ ada para malaikat yang berbaris rapat untuk melindunginya. Kemudian Dajjal itu turun lah di suatu tanah yang berpasir ( di luar Madinah ) lalu kota Madinah bergoncanglah sebanyak tiga goncangan dan dari goncangan-goncangan itu Allah akan mengeluarkan setiap orang kafir dan munafik (dari Makkah – Madinah) .” (Riwayat Muslim)
Dari hadits ini terlihat jelas meski Dajjal tidak bisa memasuki kota Makkah – Madinah, namun para pengikutnya yang terdiri dari orang-orang kafir dan kaum munafik selama ini bisa leluasa berada dalam kota Makkah dan Madinah. Dan kelak saat terjadi guncangan tiga kali, pengikut Dajjal ini akan keluar dari Makkah – Madinah dan menemuai TUHANNYA bernama DAJJAL. Wallohu a’lam.
Berikut ini kami suguhkan data akurat dan tidak terbantahkan bagaimana Wahabi saat ini pun sudah menunjjukkan bahwa mereka ternyata adalah pengikut Dajjal. Kebencian mereka kepada umat Islam selain golongan mereka ditanbah symbol-symbol yang melekat pada mereka adalah bukti tak terbantahkan. Bukankah kita semua tahu bahwa mata satu adalah lambang Dajjal? Berikut ini adalah data akurat tentang Wahabi yang ternyata pengikut Dajjal, dipresentasikan oleh Shofiyyah An-Nuuriyyah

Data Akurat Wahhabi Menjadi Pengikut Dajjal

oleh: Shofiyyah An-Nuuriyyah
Membaca artikel ustadz Ibnu Abdillah yang mengkaji hadits-hadits tentang keterkaitan khowarij dengan dajjal dan membuahkan hasil yang cukup akurat bahwa kaum wahhabi kelak akan menjadi pengikut dajjal, membuat saya tertarik untukmengkaji lebih dalam data-data dan bukti-buktinya.
Semoga artikel ustadz Ibnu Abdillah tersebut membuka mata hati para korban doktrin wahabi dan mau kembali ke ajaran Ahlus sunnah waljama’ah. Dan pada kesempatan ini, saya akan mengetengahkan kepada pembaca data dan bukti tentang ini yang lebih akurat dan valid lagi, sehingga lengkap sudah data dan bukti bahwa kelak kaum wahhabi/salafi akan menjadi pengikut dajjal bersama-sama kaum yahudi.
Kunci informasi tentang hal ini adalah hadits Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam sebagai berikut :

يَخْرُجُ نَاسٌ مِنَ اْلمَشْرِقِ يَقْرَؤُونَاْلقُرْانَ لَا يُجَاوِزُ تَرَاقِيَهُمْ كُلَّمَا قَطَعَ قَرْنٌ نَشَأَ قَرْنٌ حَتَّىيَكُوْنَ آخِرُهُمْ مَعَ اْلمَسِيْخِ الدَّجَّالِ

“ Akan muncul sekelompok manusia dari arah Timur, yang membacaal-Quran namun tidak melewati tenggorokan mereka. Tiap kali Qarn (kurun /generasi) mereka putus, maka muncul generasi berikutnya hingga generasi akhir mereka akan bersama dajjal “ (Diriwayatkan imam Thabrani di dalamAl-Kabirnya, imam imam Abu Nu’aim di dalam Hilyahnya dan imam Ahmad di dalam musnadnya)
Dalamriwayat yang lain :

وقال عبد الله بن عمر سمعت رسول الله -صلى اللهعليه وسلم- يقول « يخرج قوم من قبل المشرق يقرءون القرآن لا يجاوز تراقيهم كلماقطع قرن نشأ قرن حتى يخرج فى بقيتهم الدجال


“Abdullah bin Umar berkata : “ Aku telah mendengar Rasulullah shallahu ‘alaihiwa sallam bersabda : “ Akan keluar suatu kaum dari arah Timur yang membaca al-Quran namun tidak melewati kerongkongan mereka, tiap kali putus generasi,maka tumbuhlah generasi berikutnya hingga generasi sisa mereka akan keluar besama dajjal “(HR. Imam Ahmad dalam Musnadnya )
Dalam hadits panjang tentang kaum khowarij, di akhir disebutkan :

لا يزالون يخرجون حتى يخرج آخرهم مع المسيح الدجال

“Mereka akan terus muncul hingga generasi akhir mereka keluar bersama dajjal “ (Ditakrij oleh imam an-Nasai danal-Bazzar)

Kesimpulan pasti hadits-hadits di atas yang tak boleh diingkarinya adalah :

-Kaum khowarij akan memiliki generasi di setiap zamannya
-Generasi akhir kaum khowarij akan menjadi pengikut dajjal
-Ciri-ciri generasi kaum khowarij tersebut antara lain ; Munculnya dari arah Timur, Selalu membaca al-Quran.
Tiga kesimpulan di atas, adalah informasi tetap (nash) dari Nabi yang tidak bisa dingkari dan tidak boleh mengingkarinya.
Sekarang siapakah tepatnya generasi akhir kaum khowarij tersebut yang akan menjadi pengikut dajjal? Yuk kita simak hadits-hadits lainnya dari Nabi yang telah menginformasikan sifat, karakter dan cirri-ciri mereka itu. Jadi semua ini bukanlah bualan atau sok jadi paranormal yang belagak tahu hal gaib atau masa depan, tapi ini semua murni berdasarkan hadits-hadits Nabi yang sahih.
Ingat kunci ciri-ciri pokok adalah : Senang membaca al-Quran namun tidak melewati kerongkongan mereka, keluar dari arah Timur. (Pegang ini..)

Hadits pertama :

إنَّمِن بعْدِي مِنْ أُمَّتِي قَوْمًا يَقْرَؤُنَ اْلقُرآنَ لاَ يُجَاوِزُ حَلاَقِمَهُمْيَقْتُلُوْنَ أَهْلَ اْلإسْلاَمِ وَيَدَعُوْنَ أَهْلَ اْلأَوْثَانِ، يَمْرُقُوْنَمِنَ اْلإسْلاَمِ كمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مَنَ الرَّمِيَّةِ، لَئِنْ أَدْرَكْتُهُمْلَأَقْتُلَنَّهُمْ قَتْلَ عَادٍ

“ Sesungguhnya setelahwafatku kelak akan ada kaum yang pandai membaca al-Quran tetapi tidak sampaimelewati kerongkongan mereka. Mereka membunuh orang Islam dan membiarkan penyembah berhala, mereka lepas dari Islam seperti panah yang lepas daribusurnya seandainya (usiaku panjang dan) menjumpai mereka (kelak), maka aku akan memerangi mereka seperti memerangi (Nabi Hud) kepada kaum ‘Aad “.(HR. Abu Daud, kitab Al-Adab bab Qitaalul Khawaarij : 4738)
Penjelasan: Dalam hadits ini setelah Nabi menyebutkan ciri pokoknya yaitu suka membaca al-Quran, nabi menambahkan cirriselanjutnya yaitu ; Memerangi orang Islam dan membiarkan kaum kafir. Ciri ini juga ada pada kaum khowarij yang pertama..
Melihat sejarah kaum wahhabi di awal, sangat jelas bahwa mereka penuh dengan pertumpahan darah dengan selalu memerangi kaum muslimin yang mereka anggap menyimpang dari ajaran mereka, di antara muslimin yang mereka bunuh adalah seorang amir Uyainah yaitu Ustman bin Mu’ammir yang mereka bunuh di dalam masjid,setelah sholat jum’at dan masih di tempat sholatnya di hari jum’at yang mulia. Tanpa rasa takut kepada Allah, tanpa memandang hari yang mulia, tanpa memandang tempat yang mulia bahkan di rumah Allah, tanpa takut mengotori masjid dengan najis darah dan perbuatan nista, dengan bangganya mereka membunuh Ustman bin Mu’ammir tersebut..
Tapi sekarang kita lihat sikap wahabi kepada kaum kafir..! tidak ada satu kalimat pun sejarahnya sejak awal kemunculannya hingga kini mereka berani memerangi kaum kafir, malah sekarang semakin terlihat jelas keakraban mereka bersama kaum kafir dan yahudi..
Maka jelas, hadits di atas sesuai dengan sifat dan cirri-ciri kaum wahhabi karena memang mereka lah yang Nabi maksudkan tidak ada lainnya..
Hadits kedua :

سَيَكُونُفِى أُمَّتِى اخْتِلاَفٌ وَفُرْقَةٌ قَوْمٌ يُحْسِنُونَ الْقِيلَ وَيُسِيئُونَالْفِعْلَ وَيَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ لاَ يُجَاوِزُ تَرَاقِيَهُمْ يَمْرُقُونَ مِنَالدِّينِ مُرُوقَ السَّهْمِ مِنَ الرَّمِيَّةِ لاَ يَرْجِعُونَ حَتَّى يَرْتَدَّعَلَى فُوقِهِ هُمْ شَرُّ الْخَلْقِ وَالْخَلِيقَةِ طُوبَى لِمَنْ قَتَلَهُمْوَقَتَلُوهُ يَدْعُونَ إِلَى كِتَابِ اللَّهِ وَلَيْسُوا مِنْهُ فِى شَىْءٍ مَنْقَاتَلَهُمْ كَانَ أَوْلَى بِاللَّهِ مِنْهُمْ قَالُوا : يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا سِيمَاهُمْ قَالَ : التَّحْلِيقُ


“ Akan ada perselisihan dan perseteruan pada umatku, suatu kaum yang memperbagus ucapan dan memperjelek perbuatan, mereka membaca Al-Quran tetapi tidak melewati kerongkongan, mereka lepas dari Islam sebagaimana anak panah lepas dari busurnya, mereka tidak akankembali (pada Islam) hingga panah itu kembali pada busurnya. Mereka seburuk-buruknya makhluk. Beruntunglah orang yang membunuh mereka atau dibunuhmereka. Mereka mengajak pada kitab Allah tetapi justru mereka tidak mendapatbagian sedikitpun dari Al-Quran. Barangsiapa yang memerangi mereka, maka orangyang memerangi lebih baik di sisi Allah dari mereka “, para sahabat bertanya “Wahai Rasul Allah, apa cirri khas mereka? Rasul menjawab “ Bercukur gundul “.(SunanAbu Daud : 4765)
Penjelasan: Dalam hadits ini setelah Nabi menyebutkan cirri-ciri pokoknya yaitu suka membaca al-Quran, nabi menambahkan ciri selanjutnya yaitu ; Selalu mengajak kepada al-Quran dan bercukur gundul..
Ciri-ciri berikutnya yang ini, begitu sangat jelas dan kentara, bahwasanya kaum wahhabilah yang selalu gembor-gembor kembali kepada al-Quran kapan pun , di manapun hingga kaum awam pun mengetahui hal ini..subhanallah cirri yang ini Allah tampakkan dengan jelas sejelas-jelasnya kepada mereka untuk kita..kita sering membaca dantemui slogan kaum wahhabi di dalam situs-situs mereka, majalah, bulletin,radio, tv dan media lainnya selalu mereka meneriakkan kembali kepadaal-Quran…cirri ini begitu nyata pada mereka. Cirri ini semakin meyakinkan kita bahwa wahhabilah yang Nabi maksudnya dalam haditsnya tersebut..

Hadits ketiga :

سَيَخْرُجُ فِي آخِرِالزَّمانِ قَومٌ أَحْدَاثُ اْلأَسْنَانِ سُفَهَاءُ اْلأَحْلاَمِ يَقُوْلُوْنَ قَوْلَخَيْرِ الْبَرِيَّةِ يَقْرَؤُونَ اْلقُرْآنَ لاَ يُجَاوِزُ حَنَاجِرَهُمْ يَمْرُقُوْنَمِنَ الدِّيْنَ كَمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مِنَ الرَّمِيَّةِ ، فَإذَا لَقِيْتُمُوْهُمْفَاقْتُلُوْهُمْ ، فَإِنَّ قَتْلَهُمْ أَجْراً لِمَنْ قَتَلَهُمْ عِنْدَ اللهِ يَوْمَاْلقِيَامَة


“ Akan keluar di akhir zaman, suatu kaum yang masih muda, berucap dengan ucapan sbeaik-baik manusia(Hadits Nabi), membaca Al-Quran tetapi tidak melewati kerongkongan mereka, mereka keluar dari agama Islam sebagaimana anak panah meluncur dari busurnya,maka jika kalian berjumpa dengan mereka, perangilah mereka, karena memerangi mereka menuai pahala di sisi Allah kelak di hari kiamat “.(HR. Imam Bukhari 3342)
Penjelasan: Sebelum Nabi menyebutkan ciri pokoknya, nabi menyebutkan cirri lainnya yaitu kaum yang berusia muda (baru muncul di akhir zaman), daya pikirnya lemah dan selalu berucap dengan hadits-hadits Nabi shallahu ‘alaihi wasallam..
Ciri ini juga tampak jelas kepada mereka, di Malaysia justru kaum wahabi disebut kaum mude (kelompok orang berusia muda) yang suka menghujat kaum tue (kelompok ulama terdahulu)…. Wahabi muncul tidak lama yaitu saat Muhammad bin Abdul wahhab secara terang-terangan mendakwahkan doktrin-doktrin menyimpangnya itu di kurun kedua belas hijriyyah. Istilahnya mereka adalah anak kemaren sore….
Daya pikir mereka juga dungu, lemah dan bodoh, terbukti sering kali salah di dalam memahami nash-nash al-Quran dan hadits Nabi juga ucapan para ulama…, sehingga sering kali bertentangan dengan pemahaman mayoritas umat muslim di belahan dunia ini.
Ciri selanjutnya, mereka kaum wahabi juga suka membawakan hadits-hadits Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam…, lengkap sudah ciri kaum wahabi selalu mengajakkepada al-Quran dan sunnah…mungkin dalam hati kaum wahhabi mengeluh : “Kenapa sih Nabi memberikan ciri-ciri yang baik seperti itu kepada kaum yang buruk itu ?? “, ya saya Cuma menimpali : “ Agar kaum muslimin tidak mudah tertipu dengan slogan manis kaum wahhabi, agar kaum muslimin tidak tertipu dengan topeng kaum wahhabi “.
Maka sangat jelas, ciri-ciri yang disebutkan oleh Nabi di atas adalah yanthabiqu (terealisasi) kepada kaum wahhabi/salafi, bukan yang lainnya..terlebih Nabi lebih menentukan kembali letak kaum yang memiliki cirri pokok tsb yaitu muncul dari tempat di mana kaum Rabi’ah dan Mudhar berada, renungkan hadits Nabi berikut :
مِنْ هَا هُنَا جَاءَتِ اْلفِتَنُ ، نَحْوَ اْلمَشْرِقِ ، وَاْلجَفَاءُوَغِلَظُ اْلقُلوْبِ فيِ اْلفَدَّادِينَ أَهْلُ اْلوَبَرِ ، عِنْدَ أُصُوْلِ أَذْنَابِاْلإِبِلِ وَاْلَبقَرِ ،فِي رَبِيْعَةْ وَمُضَرً
 “Dari sinilah fitnah-fitnah akan bermunculan,dari arah Timur, dan sifat kasar juga kerasnya hati pada orang-orang yang sibuk mengurus onta dan sapi, kaum Baduwi yaitu pada kaum Rabi’ah dan Mudhar “.(HR.Bukhari)
Parabadui yang menggembalakan sapi dan unta ada dan terbanyak sedunia hanya diSaudi Arabiah. Dan tidak bisa menghindar dan mengelak lagi, bahwasanya kaum Rabi’ah dan Mudhar hanya ada di Saudi Arabiah, maka dengan ini semakin mnguatkan keyakinan kita bahwa wahhabi lah yang nabi maksudkan dalam hadits-hadits tersebut.
Setelah data dan bukti akurat saya tampilkan dari hadits-hadits Nabi di atas, makaselanjutnya saya akan membuktikan dengan bukti dan data-data realistisnya yang begitumudah ditemukan yang menyimpulkan keterkaitan kuat kaum wahhabi dengan dajjaldan yahudi.
Bukti pertama : Aqidah wahhabi sama persis dengan akidah Yahudi, untuk hal ini silakan baca artikel saya di blog saya ini :
http://semuatentangwahabi.blogspot.com/2012/07/bukti-kongkrit-akidah-wahabi-salafi.html
Kita tahu bahwasanya termasuk kaum yang menjadi tentara dajjal adalah kaum Yahudi. Kesamaan akidah wahabi dengan akidah yahudi menyebabkan mudah terpengaruhnya mereka dengan yahudi dan dajjal, apalagi sudah dijelaskan oleh ustadz Ibnu Abdillah Al-Katibiy bahwa akidah tajsim mereka yang kelewat batas sangat mampu mempengaruhi mereka bahwa dajjal adalah Allah, bagi mereka Allah sangat mampu melakukan apapun, termasuk memiliki organ tubuh bahkan ulama mereka mengatakan jika Allah berkehendak duduk di punggung nyamuk, maka Allah pasti akanmelakukan hal itu..apalagi kalau hanya membentuk dalam rupa dajjal yang sangatmuda Allah lakukan menurut mereka…
Oleh sebab ini Nabi mewanti-wanti kepada kita :

إني حدثتكم عن الدجال، حتى خشيت أن لا تعقلوا

“ Sesungguhnya aku ceritkan pada kalian tentang dajjal, karena aku khawatir kalian tidak bisamengenalinya…..” 

Lihat bagaimana Nabi mengatakan takut umatnya tidak bisa mengenali dajjal, tidak bisa mengetahui dajjal, bagi kaum Ahlus sunnah sulit terpengaruh dengan dajjal melalui hal ini, sedangkan wahhabi sungguh sangat mudah terpengaruh dengandajjal dengan cara ini karena kita tahu wahhabi beraqidah tasybiih bahkan sampai taraf tajsim kepada Allah Ta’alaa..
Bukti Kedua : Simbol-simbol dajjal menjadi trend dan syi’ar kaum wahhabi di manapun mereka berada dan diberbagai aspek, khusunya di Saudi Arabiah. Sangat mudah kita temukan simbol-simboldajjal yang dipasang oleh kaum wahhabi, mustahil hal ini terjadi jika hanya kebetulan saja..
Simbol mata satu. Simbol ini adalah simbol dari dajjal atau Anti kristus. Simbol ini pun menjadi simbol ritual Fremasonry yaitu perkumpulan rahasia yang menanti-nanti kedatangan dajjal dan pemuja dajjal.
Simbol mata satu ternyata banyak ditemukan di Negara yang katanya paling bertauhid yaitu Saudi Arabia khususnya di Najd tempat munculnya kaum khowarij pertama dan tempat munculnya kaum wahhabi.

Perhatikan simbol-simbol wahhabi di bawah ini :


Logo perusahan di Saudi

Sama persis dengan lambang milik yahudi :


Tidak dipungkiri lagi semua simbol itu tidak digunakan secara kebetulan, dan semua itu merupakan simbol kaum-kaum pemuja dajjal dan ternyata negara yang ngakunya paling bertauhid menerapkan simbol-simbol tersebut disegala aspeknya….apa maksudnya ?? tidak ada lain esensi dalam artikel inilah jawabannya…
Sungguh benar sabda Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam :
يَخْرُجُ نَاسٌ مِنَ اْلمَشْرِقِ يَقْرَؤُونَ اْلقُرْانَ لَا يُجَاوِزُ تَرَاقِيَهُمْ كُلَّمَا قَطَعَ قَرْنٌ نَشَأَ قَرْنٌ حَتَّى يَكُوْنَ آخِرُهُمْ مَعَ اْلمَسِيْخِ الدَّجَّالِ

“ Akan muncul sekelompok manusia dari arah Timur, yang membaca al-Quran namun tidak melewati tenggorokan mereka. Tiap kali Qarn (kurun / generasi) mereka putus, maka muncul generasi berikutnya hingga generasi akhir mereka akan bersama dajjal “ (Diriwayatkan imam Thabrani di dalam Al-Kabirnya, imam imam Abu Nu’aim di dalam Hilyahnya dan imam Ahmad di dalam musnadnya)
Sebenarnya masih ada dua bukti lagi, namun sedikit ini sudah cukup membuktikan bahwa kaum neo khowarij yang ciri-cirinya telah disebutkan di atas kelak akan bersama dajjal menjadi pengikutnya untuk menebar fitnah yang lebih besar lagi di muka bumi ini bagi kaum muslimin.

Semoga kita terlindung dari fitnah dajjal dan para pengikutnya…Aamiin

Oleh: Shofiyyah An-Nuuriyyah

Wahabi Salafi Ternyata Pengikut Dajal

Kemunculan Dajjal merupakan puncak dari munculnya fitnah paling besar dan mengerikan di muka bumi ini bagi umat manusia khususnya umat Muslim. Kemunculannya di akhir zaman, di masa imam Mahdi dan Nabi Isa ‘alaihis salam, akan banyak mempengaruhi besar bagi umat muslim sehingga banyak yang mengikutinya kecuali orang-orang yang Allah jaga dari fitnahnya.

Dalam hadits disebutkan :
Wahhabi adalah pengikut Dajjal kelak

“ Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam berdiri di hadapan manusia dan memuji keagungan Allah, kemudian beliau menyebutkan Dajjal lalu mengatakan : “ Sesungguhnya aku memperingatkan kalian akan dajjal, tidak ada satu pun seorang nabi, kecuali telah memperingatkan umatnya akan dajjal “. (HR. Bukhari : 6705)

Dalam hadits lain, Nabi bersabda :
Wahhabi Salafi Adalah Pengikut Dajjal kelak

“ Tidak ada satu pun negeri, kecuali akan didatangi oleh dajjal “. (HR. Bukhari : 1782)

Pada kesempatan ini, saya tidak menjelaskan sepak terjang dajjal, namun saya akan sedikit membahas sebagian kaum yang menjadi pengikut dajjal. Dan kali ini, saya tidak mengungkap semua kaum yang mengikuti dajjal, namun saya akan menyinggung satu persoalan yang cukup menarik yang telah diinformasikan oleh nabi bahwa ada kelompok umatnya yang akan menjadi pengikut setia dajjal, padahal sebelumnya mereka ahli ibadah bahkan ibadah mereka melebihi ibadah umat Nabi Muhammad lainnya, mereka rajin membaca al-Quran, sering membawakan hadits Nabi, bahkan mengajak kembali pada al-Quran. Namun pada akhirnya mereka menjadi pengikut dajjal, apa yang menyebabkan mereka terpengaruh oleh dajjal dan menjadi pengikut setianya ? simak uraiannya berikut :
Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
Wahhabi Salafi Adalah Pengikut Dajjal kelak
“ Sesungguhnya setelah wafatku kelak akan ada kaum yang pandai membaca al-Quran tetapi tidak sampai melewati kerongkongan mereka. Mereka membunuh orang Islam dan membiarkan penyembah berhala, mereka lepas dari Islam seperti panah yang lepas dari busurnya seandainya (usiaku panjang dan) menjumpai mereka (kelak), maka aku akan memerangi mereka seperti memerangi (Nabi Hud) kepada kaum ‘Aad “.(HR. Abu Daud, kitab Al-Adab bab Qitaalul Khawaarij : 4738)

Nabi juga bersabda :
 Wahhabi Salafi Adalah Pengikut Dajjal kelak
“ Akan ada perselisihan dan perseteruan pada umatku, suatu kaum yang memperbagus ucapan dan memperjelek perbuatan, mereka membaca Al-Quran tetapi tidak melewati kerongkongan, mereka lepas dari Islam sebagaimana anak panah lepas dari busurnya, mereka tidak akan kembali (pada Islam) hingga panah itu kembali pada busurnya. Mereka seburuk-buruknya makhluk. Beruntunglah orang yang membunuh mereka atau dibunuh mereka. Mereka mengajak pada kitab Allah tetapi justru mereka tidak mendapat bagian sedikitpun dari Al-Quran. Barangsiapa yang memerangi mereka, maka orang yang memerangi lebih baik di sisi Allah dari mereka “, para sahabat bertanya “ Wahai Rasul Allah, apa cirri khas mereka? Rasul menjawab “ Bercukur gundul “.(Sunan Abu Daud : 4765)

Nabi juga bersabda :
 Wahhabi Salafi Adalah Pengikut Dajjal kelak
“ Akan keluar di akhir zaman, suatu kaum yang masih muda, berucap dengan ucapan sbeaik-baik manusia (Hadits Nabi), membaca Al-Quran tetapi tidak melewati kerongkongan mereka, mereka keluar dari agama Islam sebagaimana anak panah meluncur dari busurnya, maka jika kalian berjumpa dengan mereka, perangilah mereka, karena memerangi mereka menuai pahala di sisi Allah kelak di hari kiamat “.(HR. Imam Bukhari 3342)

Dalam hadits lain Nabi bersabda :
 Wahhabi Salafi Adalah Pengikut Dajjal kelak
“ Akan muncul sekelompok manusia dari arah Timur, yang membaca al-Quran namun tidak melewati tenggorokan mereka. Tiap kali Qarn (kurun / generasi) mereka putus, maka muncul generasi berikutnya hingga generasi akhir mereka akan bersama dajjal “(Diriwayatkan imam Thabrani di dalam Al-Kabirnya, imam imam Abu Nu’aim di dalam Hilyahnya dan imam Ahmad di dalam musnadnya)
Ketika sayyidina Ali dan para pengikutnya selesai berperang di Nahrawain, seseorang berkata :
 Wahhabi Salafi Adalah Pengikut Dajjal kelak 
“ Alhamdulillah yang telah membinasakan mereka dan mengistirahatkan kita dari mereka “, maka sayyidina Ali menyautinya :
 Wahhabi Salafi Adalah Pengikut Dajjal kelak
“ Sungguh tidak demikian, demi jiwaku yang berada dalam genggaman-Nya, sesungguhnya akan ada keturunan dari mereka yang masih berada di sulbi-sulbi ayahnya dan kelak keturunan akhir mereka akan bersama dajjal “.

Penjelasan :

Dalam hadits di atas Nabi menginformasikan pada kita bahwasanya akan ada sekelompok manusia dari umat Nabi yang lepas dari agama Islam sebagaimana lepasnya anak panah dari busurnya dengan sifat dan ciri-ciri yang Nabi sebutkan sebagai berikut dalam hadits-haditsnya di atas :

1. Senantiasa membaca al-Quran, Namun kata Nabi bacaanya tidak sampai melewati tenggorokannya artinya tidak membawa bekas dalam hatinya.
2. Suka memerangi umat Islam.
3. Membiarkan orang-orang kafir.
4. Memperbagus ucapan, namun parkteknya buruk.
5. Selalu mengajak kembali pada al-Quran, namun sejatinya al-Quran berlepas darinya.
6. Bercukur gundul.
7. Berusia muda.
8. Lemahnya akal.
9. Kemunculannya di akhir zaman.
10. Generasi mereka akan terus berlanjut dan eksis hingga menajdi pengikut dajjal.

Jika kita mau mengkaji, meneliti dan merenungi data-data hadits di atas dan melihat realita yang terjadi di tengah-tengah umat akhir zaman ini, maka sungguh sifat dan ciri-ciri yang telah Nabi sebutkan di atas, telah sesuai dengan kelompok yang selalu teriak lantang kembali pada al-Quran dan hadits, kelompok yang senantiasa mempermaslahkan urusan furu’iyyah ke tengah-tengah umat, kelompok yang mengaku mengikut manhaj salaf, kelompok yang senantiasa membawakan hadits-hadits Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam yaitu tidak ada lain adalah wahhabi yang sekarang bermetomorfosis menjadi salafi.

Membaca al-Quran dan selalu membawakan hadist-hadits Nabi adalah perbuatan baik dan mulia, namun kenapa Nabi menjadikan hal itu sebagai tanda kaum yang telah keluar dari agama tersebut?? Tidak ada lain, agar umat ini tidak tertipu dengan slogan dan perilaku mereka yang seakan-akan membawa maslahat bagi agama Islam. Ciri mereka yang suka memerangi umat Islam, tidak samar dan tidak diragukan lagi, sejarah telah mencatat dan mengakui sejarah berdarah mereka di awal kemuculannnya, ribuan umat Islam dari kalangan awam maupun ulamanya telah menjadi korban berdarah mereka hanya karena melakukan amaliah yang mereka anggap perbuatan syirik dan kufr dan dianggap telah menentang dakwah mereka. Namun dengan musuh Islam yang sesungguhnya, justru mereka biarkan bahkan hingga saat ini mereka akrab dengan kaum kafir, adakah sejarahnya mereka memerangi kaum kafir??

Ciri berikutnya adalah memperbagus ucapan namun prakteknya buruk, mereka jika berbicara dengan lawannya selalu mengutarakan ayat-ayat al-Quran dan hadits, namun ucapanya tersebut tidaklah dinyatakan dalam prakteknya, kadang mereka membaca mushaf al-Quran pun sambil tiduran tanpa ada adabnya sama sekali.

Ciri berikutnya adalah mereka senantiasa berkoar-koar kepada kaum muslimin lainnya agar kembali pada al-Quran. Tanda mereka ini sangat nyata dan kentara kita ketahui pada realita saat ini, kaum wahabi selalu teriak kepada kaum muslimin untuk kembali pada Al-Quran. Ahlus sunnah selalu mengajak pada Al-Quran karena ajaran mereka memang bersumber dari Al-Quran, namun kenapa Allah menjadikan sifat ini sebagai tanda pada kaum neo khawarij (wahabi) ini?? Sebab merekalah satu-satunya kelompok yang dikenali dikalangan awam yang selalu teriak mengajak pada Al-Quran sedangkan Al-Quran sendiri berlepas diri dari mereka. Sehingga hal ini (yad’uuna ilaa kitabillah; mengajak kepada Al-Quran) menjadi tanda atas kelompok ini bukan pada kelompok khawarij lainnya.

Tanda mereka adalah bercukur gundul, Hal ini menambah keyakinan kita bahwa yang dimaksud oleh Nabi dalam tanda ini adalah tidak ada lain kelompok wahabi. Tidak ada satu pun kelompok ahli bid’ah yang melakukan kebiasaan dan melazimkan mencukur gundul selain kelompok wahabi ini, mereka kelompok sesat lainnya hanya bercukur gundul pada saat ibadah haji dan umrah saja sama seperti kaum muslimin Ahlus sunnah. Namun kelompok wahabi ini menjadikan mencukur gundul ini suatu kelaziman bagi pengikut mereka kapan pun dan dimana pun. Bercukur gundul ini pun telah diakui oleh Tokoh mereka; Abdul Aziz bin Hamd (cucu Muhammad bin Abdul Wahhab) dalam kitabnya Majmu’ah Ar-Rasaail wal masaail : 578.

Cirri berikutnya adalah berusia muda dan akalnya lemah, Mereka pada umumnya masih berusia muda tetapi lemah akalnya, atau itu adalah sebuah kalimat majaz yang bermakna orang-orang yang kurang berpengalaman atau kurang berkompetensi dalam memahami Al Qur’an dan As Sunnah. Subyektivitas dengan daya dukung pemaham yang lemah dalam memahaminya, bahkan menafsiri ayat-ayat Al-Qur`an dengan mengedepankan fanatik dan emosional golongan mereka sendiri.

Kemunculan kaum ini ada di akhir zaman sebagaimana hadits Nabi di atas, kemudian generasi mereka juga akan terus berlanjut hingga generasi akhir mereka akan bersama dajjal menjadi pengikut setianya.

Namun apa yang menyebabkan mereka terpengaruh oleh dajjal dan menjadi pengikut dajjal ?? berikut kajian dan analisa ilmiyyahnya :

Sebab pertama : Wahabi beraqidahkan tajsim dan tsyabih.

Sudah maklum dalam kitab-kitab mereka bahwa mereka meyakini Allah itu memiliki organ-organ tubuh seperti wajah, mata, mulut, hidung, tangan, kaki, jari dan sebagainya, dan mereka mengatakan bahwa organ tubuh Allah tidak seperti organ tubuh makhluk-Nya.

Mereka juga meyakini bahwa Allah bertempat yaitu di Arsy, mereka juga memaknai istiwa dengan bersemayam dan duduk dan menyatakan semayam dan duduknya Allah tidak seperti makhluk-Nya. Mereka meyakini Allah turun ke langit dunia dari atas ke bawah di sepertiga malam terakhir, dan meyakini bahwa ketika Allah turun maka Arsy kosong dari Allah namun menurut pendapat kuat mereka Arasy tidak kosong dari Allah. Sungguh mereka telah memasukkan Allah dalam permainan pikiran mereka yang sakit itu. Dan lain sebagainya dari pensifatan mereka bahwa Allah berjisim..

Nah, demikian juga dajjal, renungkanlah kisah dajjal yang disebutkan oleh Nabi dalam hadts-hadits sahihnya, bahwasanya dajjal itu berjisim, berorgan tubuh, memiliki batasan, dia berjalan secara hakikatnya, dia turun secara hakikatnya, dia berlari kecil secara hakikatnya, dia memiliki kaki secara hakikat, memiliki tangan secara hakikat, memiliki mata secara hakikat, memiliki wajah secara hakikat dan lain sebagainya..dan tidak ada lain yang menyebabkan mereka mengakui dajjal sebagai tuhannya kecuali karena berlebihannya mereka di dalam menetapkan sifat-sifat Allah tersebut dan memperdalam makna-maknanya hingga sampai pada derajat tajsim.

Perhatikan dan renungkan sabda Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam berikut :
 Wahhabi Salafi Adalah Pengikut Dajjal kelak
“ Sesungguhnya aku ceritkan pada kalian tentang dajjal, karena aku khawatir kalian tidak bisa mengenalinya, sesungguhnya dajjal itu pendek lagi congkak, ranbutnya keriting (kribo), matanya buta sebelah dan tidak menonjol dan cengkung, jika kalian masih samar, maka ketahuilah sesungguhnya Tuhan kalian tidaklah buta sebelah matanya “. (HR. Abu Dawud)

Nabi benar-benar khawatir umatnya tidak bisa mengenali dajjal, dan Nabi menyebutkan ciri-ciri dajjal yang semuanya itu bermuara pada jisim, dan menyebutkan aib-aib yang disepakati oleh kaum musyabbih dan sunni yang mutanazzih, namun kaum musyabbihah (wahabi-salafi) sangat mendominasi pada pemikiran tajsimnya sehingga bagi mereka Allah Maha melakukan apapun, dan Allah maha Mampu atas segala sesuatu, bahkan menurut mereka kemampuan Allah memungkinkan berkaitan dengan perkara yang mustahil bagi-Nya yang seharusnya kita sucikan, sehingga berkatalah sebagian mereka : Bahwa Allah jika berkehendak untuk bersemayam di punggung nyamuk, maka Allah pun akan bersemayam di atasnya. Naudzu billahi min dzaalik..

Sebab kedua : Tidak adanya pehamahan mereka tentang perkara-perkara di luar kebiasaan (khawariqul ‘aadah) atau disebut karomah.

Realita yang ada saat ini, kaum wahhabi-salafi tidak pernah membicarakan tentang khawariqul ‘aadah atau karomah, bahkan mereka mengingkari karomah-karomah para wali Allah yang disebutkan oleh para ulama hafidz hadits seperti al-Hafidz Abu Nu’aim dalam kitab hilyahnya, imam Khatib al-Baghdadi dalam kitab Tarikhnya dan lainnya, bahkan mereka memvonis kafir kepada sebagian para wali Allah yang mayoritas ahli tasawwuf. Mereka tidak bisa mencerna karomah-karomah para wali yang ada sehingga tidak mempercayai imdadaat ruhiyyah (perkara luar biasa yang bersifat ruh) yang Allah berlakukan di tangan para wali-Nya yang bertaqwa sebagai kemuliaan Allah atas mereka.

Sedangkan dajjal akan datang dengan kesaktian-kesaktian yang lebih hebat dan luar biasa sebagai fitnah bagi orang yang Allah kehendaki, menumbuhkan tanah yang kering, menurunkan hujan, memunculkan harta duniawi, emas, permata, menghidupkan orang yang mati dan lain sebagainya, sedangkan kaum wahhabi tidak perneh membicarakan khawariqul ‘aadat semacam itu, sehingg akal mereka tidak mampu membenarkannya, oleh sebab itu ketika dajjal muncul dengan membawa khowariqul ‘aadat semacam itu disertai pengakuan rububiyyahnya, maka bagi wahabi dajjal itu adalah Allah, karena wahabi tidak mengathui sama sekali tentang khowariqul ‘aadat yang Allah jalankan atas seorang dari golongan manusia, mereka pun tidak mampu membedakan antara pelaku secara hakikatnya dan semata-semata sebab / perantaranya, maka bercampurlah pemahaman mereka antara kekhususan sang pencipta dengan makhluk-Nya. Seandainya mereka mengetahui bahwa apa yang terjadi dari khowariqul ‘aadat hanyalah semata-mata dari qudrah Allah, dan manusia hanyalah perantara, maka wahabi tidak akan heran atas apa yang dilakukan dajjal. Dan seandainya kaum wahabi bertafakkur atas khowariqul ‘aadat yang terjadi dari para Nabi dan wali, maka wahabi tidak akan terkena fitnah oleh khowariqul ‘aadat yang terjadi dari dajjal sebagai bentuk istidraajnya.

Yang membedakan khowariqul ‘aadat yang terjadi atas para Nabi dan dajjal adalah bahwa para nabi memperoleh hal itu sebagai penguat kebenaran yang mereka serukan, sedangkan dajjal memperolah hal itu sebagai fitnah atas seseorang yang mengaku rububiyyah, perkara hal itu sama-sama perkara khowariqul ‘aadat (perkara luar biasa).

Sebab ketiga : Bermanhaj khowarij yakni keluar dari jama’ah muslimin dan mengkafirkan kaum muslimin.

Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam mensifati pengikut dajjal bahwasanya mereka adalah kaum khowarij, sebagaimana sebagian telah dijelaskan di awal :
 Wahhabi Salafi Adalah Pengikut Dajjal kelak
“ Akan muncul sekelompok manusia dari arah Timur, yang membaca al-Quran namun tidak melewati tenggorokan mereka. Tiap kali Qarn (kurun / generasi) mereka putus, maka muncul generasi berikutnya hingga generasi akhir mereka akan bersama dajjal “(Diriwayatkan imam Thabrani di dalam Al-Kabirnya, imam imam Abu Nu’aim di dalam Hilyahnya dan imam Ahmad di dalam musnadnya)
Arah Timur yang Nabi maksud tidak ada lain adalah arah Timur kota Madinah yaitu Najd sebab Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam telah menspesifikasikan letak posisinya yaitu tempat dimana ciri-ciri khas penduduknya orang-orang yang memiliki banyak unta dan baduwi yang berwatak keras dan berhati kasar dan tempat di mana menetapnya suku Mudhar dan Rabi’ah, dan semua itu hanya ada di Najd Saudi Arabia, Nabi bersabda :
 Wahhabi Salafi Adalah Pengikut Dajjal kelak
“Dari sinilah fitnah-fitnah akan bermunculan, dari arah Timur, dan sifat kasar juga kerasnya hati pada orang-orang yang sibuk mengurus onta dan sapi, kaum Baduwi yaitu pada kaum Rabi’ah dan Mudhar “. (HR. Bukhari)

Maka kaum wahhabi-salafi ini adalah regenerasi dari kaum khowarij pertama di masa Nabi dan sahabat, perbedaaanya kaum khowarij pertama bermanhaj mu’aththilah (membatalkan sifat-sifat Allah), sedangkan kaum neo khowarij (wahhabi) ini bermanhaj tajsim dan taysbiih. Walaupun berbeda, namun sama-sama menyimpang dari aqidah Islam, dan Allah merubah manhaj mereka dari kejelekan menuju manhaj yang lebih jelek lagi sebagai balasan atas kedhaliman dan kesombongan yang memenuhi hati mereka. Atas manhaj tajsim mereka inilah menjadi penyebab wahhabi mudah terpengaruh oleh dajjal, sedangkan khowarij terdahulu jika masih ada yg mengikuti manhaj ta’thilnya tidak mungkin terpengaruh oleh dajjal, sebab sangat anti terhadap sifat-sifat Allah, mereka mensucikan Allah dari sifat gerak, pindah, bersemayam, diam, duduk, turun dan sebagainya bahkan mereka membatalkan sifat-sifat wajib Allah.

Semoga kita semua terhindar dari fitnah dajjal, Aamiin..
Oleh: Ibnu Abdillah Al-Katibiy, Pasuruan.