Sejarah penulisan, penyusunan dan penyebaran Al-Quran bermula dari zaman Rasulullah SAW. Pada zaman ini, penyusunan telah mulai dilakukan oleh para sahabat Rasulullah SAW. Baginda menyuruh para sahabat supaya menulis ayat2 Al-Quran pada tulang, pelepah2 kurma, kulit2 binatang dan sebagainya. Rasulullah SAW juga menghafal ayat2 tersebut dan meminta para sahabat yang lain menghafalnya juga.
Sahabat2 yg menjadi penulis wahyu pada masa itu ialah Umar bin Al-Khaththab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Muawiyyah bin Abi Sufyan, Zaid bin Tsabit, Ubay bin Ka'ab, Abdullah bin Mas'ud dan lain sebagainya.
Sejarah Pebukuan al-Qur'an Setelah Rasulullah SAW wafat,
Setelah melihat banyaknya penghafal al-Qur'an yang meninggal dalam perang Yamamah, menyebabkan kebimbangan dan kemasygulan pada diri Sayidina Umar bin Al-Khaththab. Dan atas dorongan dan desakan Sayidina Umar bin Al-Khaththab, Khalifah Abu Bakar mengambil keputusan utk menghimpun Al-Quran. Beliau telah memerintahkan Zaid bin Tsabit, Ubay bin Ka'ab, Ali bin Abi Thalib dan Utsman bin Affan supaya menyempurnakan tugas ini.
"Sayidina Umar ra mendatangi Khalifah Abu Bakar ra, dan berkata: "Wahai Khalifah Rasulullah SAW, saya melihat pebunuhan dalam peperangan Yamamah telah mengorbankan para penghafal al-Qur'an, bagaimana kalau Anda menghimpun al-Qur'an dalamsatu Mushhaf?" Khalifah menjawab: "Bagaimana kita akan melakukan sesuatu yang belum pernah dilakukan oleh Rasulullah SAW?" Umar berkata: "Demi Allah, ini baik". Umar terus meyakinkan Abu Bakar, sehingga akhirnya Abu Bakar menerima usulan Umar. Kemudian keduanya enemui Zaid bin Tsabit ra, dan menyampaikan tentangrencana mereka kepada Zaid. Ia menjawab: "Bagaimana kalian akan melakukan sesuatu yang belum pernah dilakukan oleh Rasulullah SAW?" Keduanya menjawab: "Demi Allah, ini baik". Keduanya terus meyakinkan Zaid, hingga akhirnya Allah melapangkan dada Zaid sebagaimana telah melapangkan dada Abu Bakar dan Umardalam rencana ini".
[Hadits ini diriwayatkan oleh al-Bukhari (4679), al-Tirmidzi (3103), Ahmad (1/10), dan al-Nasa'i dalam Fada'il al-Qur'an (20)]
Keterangan:
Umar mengusulkan menghimpun al-Qur'an dalam satu Mushhaf.
Abu Bakar mengatakan, bahwa hal itu belum pernah dilakukan oleh Rasulullah SAW.
Tetapi Umar meyakinkan Abu Bakar, bahwa hal itu tetap baik walaupun belum pernah dilakukan oleh Rasulullah SAW.
Dengan demikian, tindakan beliau ini tergolong bid'ah.
Dan para ulama sepakat bahwa menghimpun al-Qur'an dalam satu Mushhaf hukumnya wajib, meskipun termasuk bid'ah, agar al-Qur'an tetap terpelihara. Oleh karena itu, penghimpunan al-Qur'an ini tergolong bid'ah hasanah yang wajibah.
Pemberian Titik Dalam Penulisan Mushhaf
Pada masa Rasulullah SAW Penulisan Mushhaf al-Qur'an yang dilakukan para sahabat tanpapemberian titik terhadap huruf2nya, seperti ba, ta, tsa, nun, ya; jim, kha, kho; dll.
Bahkan ketika Khalifah Utsman menyalin Mushhaf menjadi 6 salinan, yang 5 salinan dikirimnya ke berbagai kota negara Islam (Basrah, Mekah, dll) dan 1 salinan untuk beliau pribadi, juga tanpa pemberian titik pada huruf2nya.
Pemberian titik pada Mushhaf al-Qur'an baru dimulai oleh seorang ulama tabi'in, Yahya bin Ya'mur (wafat sebelum th 100H/719M). Dalam hubungan ini ada tiga nama yang disebut-sebut oleh ulama di zamannya, yakni : Abu al-Aswad al du-ali dan nama ini yang paling popular Yahya ibn Ya’mar dan Nashr ibn ‘Ashim al-Laitisi.
Al-Imam Ibn Abi Dawud al-Sijstani meriwayatkan:
"Harun bin Musa berkata: "Orang yang pertama kali memberi titik pada Mushhaf adalah Yahya bin Ya'mur". (AL-Mashahif, hal. 158)
Setelah beliau memberikan titik pada Mushhaf, para ulama tidak menolaknya, meskipun Nabi SAW belum pernah memerintahkan pemberian titik pada Mushhaf.
Pemberian Kharakat (Syakal)
Imam Kholil bin Ahmad al-Farohidi (wafat 185 H), adalah seorang yang memperkenalkan penggunaan tanda titik dan harakat (syakal). Beliau menandai bunyi u (dammah) dengan wawu kecil di atas huruf, bunyi a (fathah) dengan alif yang ditulis horizontal, dan bunyi i (kasrah) dengan ya’ kecil yang disambung dibawah huruf, sukun, tasydid, dll.
Makhrajul Huruf
Imam Abu Ubay Qosim bin Salam (wafat 224 H), adalah seorang yang pertama kalinya menemukan dasar2 ilmu Tajwid (Idhar, ikhfa,idgham, idgham bighunah, iqlab), dan beliau yang mula2 memberikan tanda (simbol) mad dalam huruf2 al-Qur'an.
Tidak terbayangkan, seandainya tanda MAD tdk ditulis dalam al-Qur'an, mungkin generasi kita banyak kesalahan dalam cara bacanya, seperti:
Alif Lam Mim, akan dibaca: "Alam" atau "alif-lam-mim" tanpa pembeda panjang pendeknya huruf;
Alif Lam Mim Shad, akan dibaca: "Alamash" atau "alif-la-mim-shad" saja tanpa pembeda, dll.